TENTANG PINTA YANG TERTUNDA
Nadia Azzahra Apok, dalam goresan penanya
Dermaga
Cinta (Pelabuhan Banggai.
Wednesday,220812,07:06-07:36
Asa adalah harapan
Tak sekedar mimpi di atas empuknya papan
Asa yang membuat diri menerobos Gang Delapan
Berusaha sekuat tenaga mewujudkan pengharapan
Melawan musuh tanpa senapan
Melawan lapar tanpa nasi senampan
Menguatkan lengan mendayung sampan
Meski jauh, ku kejar hingga ke Japan
Pintaku
ini, bukan pinta biasa
Pinta
penuh cinta untuk orang-orang tercinta
Banggai
Laut hadir di semesta
Tanah
kelahiran tercinta direbut oleh orang-orang yang juga dicinta
Saudaraku,
cinta itu luas sejauh pandangan mata
Tak
hanya untukmu di sana tapi juga mereka yang menderita
Alangkah
lebih indah jika berbagi bersama rata
Mengapa harus berdebat
Padahal kita sama, punya cinta yang hebat
Cinta terhadap daerah yang lebat
Lebih dari kekayaan Raja Ampat
Meski mengakui daerah hampir lambat
Tetapkan shaf pembela yang rapat
Membela dari para penjahat
Agar tak ada lagi kami yang melarat
Ataupun terjebak dalam pikiran sesat
Karena tingginya ego dan hasrat
Juga nafsu yang hanya sesaat
Hingga tak mampu membendung kelabat
Membabat sesak hingga sekarat
Ya Allah, Hamba Kuat, Hamba Sehat, Hamba Taat
Penuhilah pinta hamba untuk semua Ummat
Kabupaten
Banggai Laut
Perjuangan
penuh carut marut
Walau
hinaan dan cacian sering terpaut
Tamparan
hebat kadang menjemput
Kami
tak mau di dalamnya melarut
Karena
perjuangan memang butuh pengorbanan akut
Meski
harus jadi orang tersudut
Atau
kadang jadi cibiran mulut
Kami
tetap merajut
Apalagi
hanya sedikit sikut
Atau
kata ancaman seperti kabut
Kami
tak mau berlutut
Karena
hanya Allahlah yang patut
Maka
kami yakin, perjuangan ini akan berbuntut
Mekarnya
kuntum Banggai Laut
Selalu
sabar merajut sampai maut menjemput
Ya Allah Ya Rabbi
Engkaulah yang maha tahu akan hati ini
Tentang teririsnya saat dicaci
Tentang terlukanya saat dibenci
Hampir patahnya semangat saat ditebasi
dan menetesnya air mata ketika hinaan menghampiri
Tapi ya Rabb, Engkaupun ketahui
Cinta padaMu yang membuat kuat diri
Bertumpu padaMu yang membuat kaki tetap berdiri
Berharap padaMu yang membuat hati tetap berseri
Tangis malam di hadapanMu yang menenangkan jiwa ini
Kami sadari Jalan ini
penih batu terjal dan rumput berduri
Kuatkanlah jiwa lemah ini ya Rabbi
Kekasihku....
Kami
tahu, Engkaulah yang maha tahu
Memberi
apa yang pantas kami terima
Menunda
mengabulkan do’a
Dan
merancang yang lebih baik darinya
Semua
akan indah pada waktunya
Biarkan
kami belajar Ikhlas akannya
Biarkan
kami belajar sabar atasnya
Hingga
engkau akan memberikannya
Ketika
kami siap menerimanya.