OH TERNYATA AKU DI TABRAK
Aku
dan si biru melaju tepat di depan kampus STMIK BM Palu, Jl. Soeprapto. Jalan
andalanku. Lampu merah Soeprapto yang biasanya kulewati dengan santai tapi
tidak untuk sore ini. Aku semacam setengah sadar. Saat aku masih asyik menarik
pedal gasku, tiba-tiba lampu kuning menyala, jalanan yang sudah sering menjadi
“JALAN TERUS” untuk yang tujuan belok kiri ini menjadi saksi bisu kejadian ini.
Secepat
kilat aku menarik rem depan dan belakang dari si matic biruku ini, hampir 1 cm
lagi belakang motor di depanku ku serempet. Entah kenapa orang ini tiba-tiba
berhenti. Mungkin ia baru melewati jalan ini, atau mungkin pengendara motor
yang sangat patuh (patuh 100%) pada aturan lalu lintas. Karena seingatku di
jalan ini semua pengendara yang ku temui selalu jalan terus untuk yang ingin
belok kiri sekalipun lampu merah tengah menyala, namun yang membuatku kaget,
orang ini tiba-tiba berhenti di saat lampu kuning menyambut kami di perempatan
itu. Baru saja ingin menarik napas lega akibat terhindar dari tabrakan yang
hampir saja kulakukan itu, tiba-tiba.
BRAAAKKK.
Motor yang melaju dari arah belakangku itu tak tahu lewat mana, kini tengah
berada di tengah perempatan dengan kedua ban terseret dijalanan aspal penuh
pasir itu, hingga ia terletak dan sedikit terlempar ke arah pertengahan
perempatan jalan. Aku hampir tak mengerti apa yang terjadi. Sepintas kulihat
lampu belakang motor yang ada di depanku itu pecah, karena pecahannya
berserakan di jalanan tepat di bawah kakiku. Belum tersadar, aku ingin
mengatakan sesuatu tapi lampu hijau menyala dan semua kendaraan berlalu begitu
saja. Seperti tak terjadi apa-apa, aku yang hampir turun dari motorku setelah
berusaha keras bangkit dari posisi miring hampir jatuh dengan kaki kanan menjadi
satu-satunya tumpuan dan tangan kanan memegang erat stear motorku, tak sadar
telah berada di tengah ramainya kendaraan yang berlalu setelah lampu hijau itu.
Sambil terus berpikir keras tentang apa yang terjadi, aku hampir melayang. Segera
ku hentika motorku di samping BNS tepat di belakang plang jl. Yojokodi.
Berusaha
turun dari motor, kurasakan sedikit nyeri di pergelangan tangan kananku, juga
kaki kananku. Apa yang terjadi? mengapa jadi sakit seperti ini? Aku
bertanya-tanya dalam hati. Aku melakukan gerakan berputar mengelilingi motorku.
Kaget kudapati bagasi depan motorku-mudah-mudahan saja benar, tak ada yang tahu
apa nama dua kantong kecil motor matic di depan itu- terbelah, pecah, retak, lecet ahhhh aku tak
tahu harus pakai diksi apa untuk mendeskripsikannya. (Sampai tulisan ini ku
posting tak ada satupun teman yang berhasil menjawab tanyaku). Yang pasti
sedikit ku ingat, saat aku hampir menabrak motor di depanku, tiba-tiba ada
motor lain dari arah belakang seolah memotong di tengah dan terpelanting jauh.
Ada kepingan pelek motor dan badanku sebagian sakit. Saat kulihat jam tanganku,
hampir pukul 4 sore. Dosen Analisis makanan dan kosmetik mungkin saja sudah
masuk di kelas. Segara ku naik lagi dan melaju kembali. Di jalan ke kampus
seakan aku tak tahu apa yang aku fikirkan. Hingga saat tiba di parkiran kampus.
“Assalamu’alaikum
Kak Fhi” Tegur seorang akhwat cantik dengan senyum manisnya, lebih manis dengan
rok panjang, baju lebar dan jilbab rapinya itu.
“Wa’alaikumsalam,
sayang”Jawabku. Mungkin ia tidak melihat senyumku yang biasanya,
“Kakak ada kuliah? Tumben?”Tanyanya lagi.
“Kakak ada kuliah? Tumben?”Tanyanya lagi.
“Iya
sayang.”Jawabku. Seakan baru tersadar, seraya melirik motorku yang lecet. Aku
tak lagi bungkam.
“Ayaaaaa,
sayang. Kak Fhi habis di tabrak orang tadi.” Keluhku padanya.
“Innalillahi
wainna ilaihi raji’un, dimana kak? bagaimana bisa? Ya ampun kakak. Minum dulu dan.”Sambungnya.
“Tidak
aya, ahhh iya aya. Hhhhmmm entahlah. Tapi takutnya sudah lambat.
Segera
kuberlari menuju kelas, menyimpan ransel coklat setiaku, helm, kaos tangan,
masker, dan ku duduk termenung. Dan. “Viraaaa, fhi di tabrak tadi” Kataku pada
seorang teman di sampingku yang bingung dengan apa yang aku ucapkan.
***
Ya
Allah, ternyata aku di tabrak, semoga yang menabrakku selalu dalam lindunganMu,
jadikanlah sakit ini sebagai penawar dosaku. Salah satu yang ku syukuri saat
itu tak ada polisi yang menyaksikan. Dan Alhamdulillah Allah masih
melindungiku.
Di
Ruang Kelas, 27 Sept 2012. 16:35-17:19