Kamis, 27 September 2012

Ohh Ternyata Aku di Tabrak...



OH TERNYATA AKU DI TABRAK
Aku dan si biru melaju tepat di depan kampus STMIK BM Palu, Jl. Soeprapto. Jalan andalanku. Lampu merah Soeprapto yang biasanya kulewati dengan santai tapi tidak untuk sore ini. Aku semacam setengah sadar. Saat aku masih asyik menarik pedal gasku, tiba-tiba lampu kuning menyala, jalanan yang sudah sering menjadi “JALAN TERUS” untuk yang tujuan belok kiri ini menjadi saksi bisu kejadian ini.
Secepat kilat aku menarik rem depan dan belakang dari si matic biruku ini, hampir 1 cm lagi belakang motor di depanku ku serempet. Entah kenapa orang ini tiba-tiba berhenti. Mungkin ia baru melewati jalan ini, atau mungkin pengendara motor yang sangat patuh (patuh 100%) pada aturan lalu lintas. Karena seingatku di jalan ini semua pengendara yang ku temui selalu jalan terus untuk yang ingin belok kiri sekalipun lampu merah tengah menyala, namun yang membuatku kaget, orang ini tiba-tiba berhenti di saat lampu kuning menyambut kami di perempatan itu. Baru saja ingin menarik napas lega akibat terhindar dari tabrakan yang hampir saja kulakukan itu, tiba-tiba.
BRAAAKKK. Motor yang melaju dari arah belakangku itu tak tahu lewat mana, kini tengah berada di tengah perempatan dengan kedua ban terseret dijalanan aspal penuh pasir itu, hingga ia terletak dan sedikit terlempar ke arah pertengahan perempatan jalan. Aku hampir tak mengerti apa yang terjadi. Sepintas kulihat lampu belakang motor yang ada di depanku itu pecah, karena pecahannya berserakan di jalanan tepat di bawah kakiku. Belum tersadar, aku ingin mengatakan sesuatu tapi lampu hijau menyala dan semua kendaraan berlalu begitu saja. Seperti tak terjadi apa-apa, aku yang hampir turun dari motorku setelah berusaha keras bangkit dari posisi miring hampir jatuh dengan kaki kanan menjadi satu-satunya tumpuan dan tangan kanan memegang erat stear motorku, tak sadar telah berada di tengah ramainya kendaraan yang berlalu setelah lampu hijau itu. Sambil terus berpikir keras tentang apa yang terjadi, aku hampir melayang. Segera ku hentika motorku di samping BNS tepat di belakang plang jl. Yojokodi.
Berusaha turun dari motor, kurasakan sedikit nyeri di pergelangan tangan kananku, juga kaki kananku. Apa yang terjadi? mengapa jadi sakit seperti ini? Aku bertanya-tanya dalam hati. Aku melakukan gerakan berputar mengelilingi motorku. Kaget kudapati bagasi depan motorku-mudah-mudahan saja benar, tak ada yang tahu apa nama dua kantong kecil motor matic di depan itu-  terbelah, pecah, retak, lecet ahhhh aku tak tahu harus pakai diksi apa untuk mendeskripsikannya. (Sampai tulisan ini ku posting tak ada satupun teman yang berhasil menjawab tanyaku). Yang pasti sedikit ku ingat, saat aku hampir menabrak motor di depanku, tiba-tiba ada motor lain dari arah belakang seolah memotong di tengah dan terpelanting jauh. Ada kepingan pelek motor dan badanku sebagian sakit. Saat kulihat jam tanganku, hampir pukul 4 sore. Dosen Analisis makanan dan kosmetik mungkin saja sudah masuk di kelas. Segara ku naik lagi dan melaju kembali. Di jalan ke kampus seakan aku tak tahu apa yang aku fikirkan. Hingga saat tiba di parkiran kampus.
“Assalamu’alaikum Kak Fhi” Tegur seorang akhwat cantik dengan senyum manisnya, lebih manis dengan rok panjang, baju lebar dan jilbab rapinya itu.
“Wa’alaikumsalam, sayang”Jawabku. Mungkin ia tidak melihat senyumku yang biasanya,
“Kakak ada kuliah? Tumben?”Tanyanya lagi.
“Iya sayang.”Jawabku. Seakan baru tersadar, seraya melirik motorku yang lecet. Aku tak lagi bungkam.
“Ayaaaaa, sayang. Kak Fhi habis di tabrak orang tadi.” Keluhku padanya.
“Innalillahi wainna ilaihi raji’un, dimana kak? bagaimana bisa? Ya ampun kakak. Minum dulu dan.”Sambungnya.
“Tidak aya, ahhh iya aya. Hhhhmmm entahlah. Tapi takutnya sudah lambat.
Segera kuberlari menuju kelas, menyimpan ransel coklat setiaku, helm, kaos tangan, masker, dan ku duduk termenung. Dan. “Viraaaa, fhi di tabrak tadi” Kataku pada seorang teman di sampingku yang bingung dengan apa yang aku ucapkan.
***

Ya Allah, ternyata aku di tabrak, semoga yang menabrakku selalu dalam lindunganMu, jadikanlah sakit ini sebagai penawar dosaku. Salah satu yang ku syukuri saat itu tak ada polisi yang menyaksikan. Dan Alhamdulillah Allah masih melindungiku.
 


Di Ruang Kelas, 27 Sept 2012. 16:35-17:19

Kamis, 20 September 2012

My First Day


Edisi 20, Sept 2012.

Pagi yang cerah, untuk kawasan hang Tuah Palu Timur, dengan sinar mentari yang malu-malu terbit dari balik bukit Shofa di Depan Kos-kosanku. Saat itu aku baru saja selesai menjemur pakaian yang baru kucuci. Hmmm.. Terang saja aku memag selalu mengerjakan aktivitas ini setiap hari, karena tak terjamin di hari Minggu aku punya waktu untuk melakukannya.

Susu coklat manis plus Cereal coco cruch menemaniku di saat yang mepet seperti ini, ala anak kos-kosan. Bagaimana tidak. Jika biasanya aku bebas mengerjakan semua pekerjaan rutin ini sebelum aktivitas kampus yang di mulai pukuk 12.00 atau 14.00. Mulai pekan ini aku harus menyelesaikan segalanya sebelum pukul 06.30. Hingga kemudian aku berangkat ke tempat kerjaku. Aku tak ingin berlama-lama menyebutnya tempat kerja karena ini adalah salah satu awal untuk menyalurkan salah satu kekuranganku ke tempat yang sebenarnya. Kata teman-teman aku seorang yang sangat cerewet. maka aku berfikir untuk membuatnya bermanfaat bagi orang lain. salah satunya menjadi penyiar radio. Yaahh, jika seorang yang pendiam bersedia menjadi pendengar saat kita bicara, maka kita yang sebagai orang cerewetpun harus bersedia menjadi pembicara saat ia mendengar. dengan bahan pembicaraan yang positif bermanfaat dan tak merugikan orang lain.

Hapeku berdering, SMS dari rekan kerja yang mengingatkanku akan jadwal hari ini. Aku harus membawa program KABAR PAGI di Radio Suara Pendidikan Rakyat (SPR) pukul 07.00-10.00. Itu berarti aku harus berada di sana paling lambat 06.45.
Pekerjaan di Kosku selesai, dan saatnya aku menuju ke tempat kerja. Setelah berhasil menghidupkan si biruku, aku mulai melaju pelan menelusuri Lorong demi lorong hingga sampai ke Jalan besar. Hang Tuah. Sebelumnya saat aku berada di depan rumah salah satu murid privatku, aku bertemu dengan Ayahnya. Tak ragu langsung ku sapa beliau.

“Assalamu’alaikum Pak. Selamat Pagi” Sapaku dengan senyum yang tertutp oleh maskerku saat itu.
“Wa’alaikumsalam, wah Pagi sekali, Dek. Mau kemana?”Jawabnya kaget melihatku hampir berlalu di belakangnya.
“Kerja Pak”Jawabku dengan nada agak keras hampir berteriak, karena jarak sepeda motorko sudah sedikit jauh dari tempatnya berdiri. Tampak senyum pekat dari seorang Bapak yang penuh tanggungjawab atas keluarganya. Jadi teringat sosok sang Ayah yang tegar dan kuat di seberang lautan sana. Oh Bapak Syamsul Bachri S.Apok idolaku, bagaimana kabarmu di sana?

Keluar dari lorong bukit sofa, aku dan si biru melaju melalui Hang Tuah dengan sedikit cepat karena waktu menunjukkan 06.28. Aku tak mau terlambat di Program pertama di pagi ini. Tampak di perempatan masih belum ada Bapak/Ibu polisi yang biasanya berdiri memastikan arus lalu lintas di jalan itu. Mungkin aku merindukannya. Yah ternyata memang jam segini mereka belum di sana. Bagaimana aku tak mencari mereka, selalu saja setiapku melewati perempatan ini aku selalu menurunkan maskerku hingga sang polisi dipastikan mendengar perkataanku. Aku berharap dengan sedikit kalimat “Selamat pagi pak, selamat bertugas” dapat membuat mereka sedikit terkecoh bahwa aku adalah salah satu pelanggar lalu lintas itu. hhhmmm karena memang, pendapat umum saat ini, bahwa bagi yang melakukan pelanggaran akan ragu dan bahkan takut melewati polisi di jalanan, untuk itu akau balik saja anggapan itu. Sebenarnya ini rahasia. Tapi jariku tak kuasa untuk tak menuliskannya.

Tepat sebelum perempatan tadi, sekilas aku melihat Mahasiswa Baru Kampus STMIK Bina Mulya Palu, tampak sibuk dengan OSPEKnya. Melihat rekan-rekan BEM yang membalas anggukan kepalaku, aku kembali teringat dengan Amanah BEM STIFA yang sampai saat ini belum terselesaikan. Seraya memohon kepada Allah agar aku diberi kekuatan untuk merobohkan tembok pemikiran yang keras bahwa organisasi tak terlalu penting untuk kuliah. Aamiin Ya Rabb.

Hampir jauh dari awalku memulai perjalanan, aktivitas pagi di kota Palu sangat menarik. Sudah hampir 5 bulan lebih aku tak lagi berpapasan dengan kendaraan para siswa-siswi dan PNS yang sedang bersiap-siap ke sekolah juga ke kantor mereka. Bahkan ada beberapa tempat sarapan pagi yang unik yang ku temukan di Jalanan, antara lain Penjual Nasi kuning di Jalan Suprapto, dan Penjual Bubur ayam dan Bubur Manado di pertigaan Jl. S. Dolago dan St. hasanudin. Awal yang baik untuk memulai pagi ini. Ya, Man Jadda Wa Jadda.

Pos polisi di Lampu merah St. Hasanudin masih tampak sepi, masih ku ingat sosok seorang polisi (Aku lebih enak memanggilnya OM ICI) yang menggeleng pelan, saat memergokiku sedang melaju di trotoar jembatan saat itu. bagaimana tidak trotoar yang seharusnya bagi pejalan kaki ku lalui dengan si biruku. Tapi sang Om Ici tersebut hanya berani tersenyum katika mengetahui aku hanya mengikuti atraksi liar dari rekannya yang sesama polisi juga melakukannya. Boomerang dong yah.

Memasuki Kawasan Palu Plaza, aku belok ke kiri di perempatan kedua, tak lama lagi aku sampai ke kantor. Hampir pukul 07.00 Radio di pagi ini belum On Air. Belakangan ku tahu ternyata rekan yang selalu meng-ON-kannya baru saja pulang dari tempat koran langganan kami sesaat sebelum aku tiba. Ia baru menghidupkannya saat aku baru memasuki studio, Alhamdulillah dapat ilmu lagi tentang bagaimana menghidupkannya, tapi tentu saja masuh perlu belajar lagi. Aku sibuk bolak-balik mencari-cari koran edisi hari ini tapi belum juga kutemukan. Akhirnya rekanku itu menjelaskan bahwa ia baru saja datang dari tempat koran langganan kita dan tak ada hasil apa-apa akibat orangnya masih tidur. Waah, sangat menyakitkan memang, ketika kita sudah membuat janji lalu itu diingkari, apalagi masalah on time. Lelet. tradisi yang masih kental dan harus di cairkan secepatnya. Menarik nafas panjang, berharap tak ada masalah yang lain akan timbul akibat hal ini. Dengan keyakinan bersama kesulitan ada kemudahan, ku tatap seluruh ruangan dengan senyuman terindah, kusambut koran edisi kemarin dan mulai kucari berita yang masih hangat untuk edisi hari ini.

Coba kutandai satu per satu, mana berita yang harus ku baca sebentar. Bismillah.
“Assalamu’alaim Wr. Wb. Selamat pagi sahabat rakyat. Senang sekali pada edisi hari ini kami hadir kembali untuk memberikan informasi dan kabar terbaru di ruang dengar anda, apalagi kalau bukan di program Kabar pagi di Pukul 7 hingga 10 nanti bersama Meydi Shafwah di radio kesayangan kita semua 91,6 FM The station voice of the people. Baik sahabat rakyat, bagaimana kabar anda pagi ini? Meydi berharap sehat yah untuk bisa menjalani aktivitas yang sudang di planingkan semalam. Buat sahabat rakyat yang sedang bersiap-siap menuju tempat kerja meydi ucapkan selamat jalan dan selalu berhati-hati karena maut mengintai anda, pastikan anda mematuhi rambu-rambu lalu lintas dan helm yang anda gunakan adalah SNI tak lupa perlengkapan surat kendaraan bermotor, hingga tak ada alasan bagi Polis untuk menilang anda yang tentunya itu akan mengganggu perjalanan anda. Baik sahabat rakyat, satu buah lagu di awal perjumpaan kita di pagi yang cerah ini, semoga memberikan suntikan semangat positif untuk kita semua. Dengan RUN “SEMANGAT PAGI”. Cek it out.

Alhamdulillah. Sedikit lega, pembuka yang cukup menegangkan. Segera ku search lagu-lagu ter-hits pekan ini. Memang aku mengakuinya, tak update dengan lagu-lagu seperti ini. Tapi, ini tuntutan profesi. Semoga Allah meridhainya. Bertindak selaku penyiar profesional, aku bersusaha mengakrabkan diri dengan microphone, headphone, amply dan seperangkat komputer di depanku. Mengutak atik beberapa album lagu dan mencari berita-berita terupdate di internet.

Kerjaku di awal hari itu sungguh menegangkan dan membutuhkan konsentrasi yang lebih. Alhamdulillah setelah beberapa sessi aku mulai lancar dengan beberapa alat asing di hadapanku ini. Ya, Man Jadda wa Jadda, aku selalu percaya itu.

Hingga akhinya, seorang penyiar senior menegurku tentang tempo masuk bicara dan lagu saat masuk, yah aku memang belum terlalu mengerti tentang itu. Yups, satu pelajaran baru lagi hari ini. Alhamdulillah. Aku bertekad untuk bersungguh dan mencoba enjoy dengan pekerjaan ini. Sedikit teguran itu jujur sedikit membuatku terbebani, tapi coba kusembunyikan darinya. Hingga akhirnya perasaanku lega ketika segelas teh hangat datang bersama Kak Lulu seniorku itu. wah dia memang baik. Akhirnya aku mulai terbiasa. Juga terimakasih buat kak amar yang membantuku mengambilkan kembali koran edisi hari ini. Akhirnya aku tak membohongi sahabat rakyat tentang berita hari ini, bahwa benar-benar adalah berita di hari ini. Catatan hari ini, sangat bermanfaat buatku. Tentang Janji yang diingkar, Komitmen waktu, Latihanlah ! maka akan terbiasa dan Hadirkan segelas teh hangat untuk mencaikan suasana.

Sudut Ruang Rumah Cahaya. Kamis, 20 September 2012.13.50-15.04
Catatan Meydi Shafwah.

Selasa, 21 Agustus 2012

Tentang Pinta yang Tertunda



TENTANG PINTA YANG TERTUNDA
Nadia Azzahra Apok, dalam goresan penanya

Dermaga Cinta (Pelabuhan Banggai.
Wednesday,220812,07:06-07:36

Asa adalah harapan
Tak sekedar mimpi di atas empuknya papan
Asa yang membuat diri menerobos Gang Delapan
Berusaha sekuat tenaga mewujudkan pengharapan
Melawan musuh tanpa senapan
Melawan lapar tanpa nasi senampan
Menguatkan lengan mendayung sampan
Meski jauh, ku kejar hingga ke Japan

                                     Pintaku ini, bukan pinta biasa
                                     Pinta penuh cinta untuk orang-orang tercinta
                                     Banggai Laut hadir di semesta
                                     Tanah kelahiran tercinta direbut oleh orang-orang yang juga dicinta
                                     Saudaraku, cinta itu luas sejauh pandangan mata
                                     Tak hanya untukmu di sana tapi juga mereka yang menderita
                                     Alangkah lebih indah jika berbagi bersama rata

Mengapa harus berdebat
Padahal kita sama, punya cinta yang hebat
Cinta terhadap daerah yang lebat
Lebih dari kekayaan Raja Ampat
Meski mengakui daerah hampir lambat
Tetapkan shaf pembela yang rapat
Membela dari para penjahat
Agar tak ada lagi kami yang melarat
Ataupun terjebak dalam pikiran sesat
Karena tingginya ego dan hasrat
Juga nafsu yang hanya sesaat
Hingga tak mampu membendung kelabat
Membabat sesak hingga sekarat
Ya Allah, Hamba Kuat, Hamba Sehat, Hamba Taat
Penuhilah pinta hamba untuk semua Ummat

                                                Kabupaten Banggai Laut
                                                Perjuangan penuh carut marut
                                                Walau hinaan dan cacian sering terpaut
                                                Tamparan hebat kadang menjemput
                                                Kami tak mau di dalamnya melarut
                                                Karena perjuangan memang butuh pengorbanan akut
                                                Meski harus jadi orang tersudut
                                                Atau kadang jadi cibiran mulut
                                                Kami tetap merajut
                                                Apalagi hanya sedikit sikut
                                                Atau kata ancaman seperti kabut
                                                Kami tak mau berlutut
                                                Karena hanya Allahlah yang patut
                                                Maka kami yakin, perjuangan ini akan berbuntut
                                                Mekarnya kuntum Banggai Laut
                                                Selalu sabar merajut sampai maut menjemput

Ya Allah Ya Rabbi
Engkaulah yang maha tahu akan hati ini
Tentang teririsnya saat dicaci
Tentang terlukanya saat dibenci
Hampir patahnya semangat saat ditebasi
dan menetesnya air mata ketika hinaan menghampiri
Tapi ya Rabb, Engkaupun ketahui
Cinta padaMu yang membuat kuat diri
Bertumpu padaMu yang membuat kaki tetap berdiri
Berharap padaMu yang membuat hati tetap berseri
Tangis malam di hadapanMu yang menenangkan jiwa ini
Kami sadari Jalan ini
penih batu terjal dan rumput berduri
Kuatkanlah jiwa lemah ini ya Rabbi

                                                Kekasihku....
                                                Kami tahu, Engkaulah yang maha tahu
                                                Memberi apa yang pantas kami terima
                                                Menunda mengabulkan do’a
                                                Dan merancang yang lebih baik darinya
                                                Semua akan indah pada waktunya
                                                Biarkan kami belajar Ikhlas akannya
                                                Biarkan kami belajar sabar atasnya
                                                Hingga engkau akan memberikannya
                                                Ketika kami siap menerimanya.

Kamis, 16 Agustus 2012

Sedikit tentang Daerahku

Pantai Kendek

Logo Bangkep














Sedikit tentang Daerahku
(Catatan perjalan Pulkam)
Oleh : Nadia Azzahra Apok

Kabupaten Banggai Kepulauan adalah salah satu kabupaten yang terdapat di provinsi Sulawesi Tengah dan beribukota di Salakan, Kabupaten ini memiliki luas wilayah 3.160,46 km (darat) dan 18.828,10 km (laut), Banggai Kepulauan berbatasan langsung dengan Teluk Tomini di sebelah utara, Teluk Tolo di sebelah selatan, Selat Peling di sebelah barat, serta Laut Maluku di sebelah timur. Jumlah Penduduk Banggai Kepulauan (Bangkep) sebanyak 158.617 jiwa (2009). Secara administratif, Kabupaten Banggai Kepulauan terdiri dari 19 kecamatan, 6 kelurahan dan 187 desa yang terdiri atas 342 pulau dengan 5 pulau sedang yakni Pulau Peleng (luas 2.340 km²), Pulau Banggai (268 km²), Pulau Bangkurung (145 km²), Pulau Bokan Kepulauan (84 km²), Pulau Labobo (80 km²) dan 337 pulau-pulau kecil. Panjang pantai 1.714,218 Km.   
Banggai Kepulauan terdiri dari gugusan atau rangkaian pulau-pulau berukuran sedang dan kecil sejumlah 121, lima diantaranya berukuran sedang, sisanya kecil-kecil bahkan ada yang berwujud batu karang, mencuat ke permukaan. Laut yang mengelilinginya merajut tebaran pulau itu menjadi satu gugusan yang disebut Banggai Kepulauan. Luas hamparan laut di wilayah ini lima kali lipat dibandingkan dengan luas daratannya.
Kabupaten ini sebelumnya merupakan kesatuan wilayah dengan Kabupaten Banggai(Biasa dikenal Luwuk). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 menetapkan pulau-pulau di tengah lautan tersebut menjadi daerah otonom Banggai Kepulauan, sementara kabupaten induk tetap disebut Kabupaten Banggai dan pemekarannya disebut Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep). Dan ibukota kabupaten pertama di Banggai.
Sebagai wilayah kepulauan, laut menjadi sektor utama yang selalu dan harus digeluti. Pasalnya, terdapat potensi dan kekayaan alam yang pantas diolah dan diusahakan sebagai penopang kehidupan penduduk Bangkep. Laut yang bagi banyak orang terkesan menakutkan bagi kabupaten ini merupakan harapan. Dari sektor kelautan tahun 2002 ditangkap 11.487 ton ikan. Jika dirupiahkan, nilainya Rp 31,6 miliar. Ini belum transaksi atau tangkapan yang tidak tercatat.
Kontribusi perikanan terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Bangkep tahun 2002 tercatat Rp 33,3 miliar, atau sekitar 6,8 persen dari total kegiatan ekonomi Rp 491,4 miliar. Perkebunan menyumbang 19,4 persen dan tanaman bahan pangan 18,5 persen. Sektor pertanian khususnya perkebunan juga sangat berpotensi, Andalan perkebunan wilayah ini adalah kelapa, cengkeh, kakao, dan jambu mete, serta buah-buahan seperti langsat, durian dan manggis. Dengan wilayah geografis kepulauan dan laut yang luas, Wilayah Bangkep kaya akan keindahan laut, pantai, dan pulau-pulau kecil yang mempesona. Ini tentunya memiliki potensi untuk pengembangan wisata bahari.
Untuk mencapai Bangkep perlu menggunakan berbagai jenis transportasi. Rute perjalanan bisa diawali dengan terbang dari Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta), atau Bandara Juanda (Surabaya) menuju Bandara Sultan Hasanuddin di Makasar, biasanya transit kurang lebih 30 menit lalu perjalanan dilanjutkan dengan penerbangan ke Bandara Bubung Luwuk (Kab. banggai). Dari Kota Luwuk, untuk mencapai Kabupaten Banggai Kepulauan kita menggunakan transportasi "kapal kayu" yang secara reguler beroperasi tiap hari. Jika ingin membayangkan "kapal kayu" hampir sama dengan kapal kayu yang ditumpangi pada saat mau pergi ke kepulauan seribu dari muara angke ke pulau tidung sambil menikmati pemandangan lautnya sangat menyenangkan. Saat ini telah hadir tambahan armada kapal Feri yang berlabuh Banggai-Luwuk dan Banggai-salakan.
Untuk perjalanan Ke Banggai Kepulauan ada tiga alternatif yang bisa dipilih, pertama rute : Jakarta-Makasar-Luwuk(Udara)-Banggai(Laut), kedua rute : Jakarta-Palu-Luwuk(Udara)-Banggai(Laut) ketiga : Jakarta-Makassar-Kendari-Banggai-Bitung(Laut-Kapal). Rute kedua akan memakan waktu lebih lama dari rute yang pertama. Namun jika Anda ingin lebih cepat yaitu melalui rute ketiga dengan KM Sinabung. Karena rute kedua berangkat dari Bandara Cengkareng Jakarta ke Bandara Mutiara Palu tanpa transit, kemudian dari Palu menuju ibukota Kabupaten Banggai Luwuk ditempuh melalui jalan darat (Bus/dengan kendaraan carteran). Memakan waktu kurang lebih 16 jam karena jarak Palu - Luwuk sekitar 350 km. Dari Luwuk ke Pulau Peling, Salakan dengan KMP Lemuru kurang lebih ditempuh 3-4 jam perjalanan. Dari Luwuk ke Pulau Banggai, Banggai dengan KMP Cakalang kurang lebih 6-8 jam perjalanan sedangkan menggunakan "kapal kayu" waktu tempuh antara 8-12 jam. Sedangkan rute ketiga dari Tanjung Priok, Jakarta seminggu sekali pada hari jumat menyinggahi Banggai di Pulau Banggai.
Perjalanan yang cukup melelahkan bagi saya, ini pertama kalya saya berlebaran dengan keluarga di Banggai selama saya kuliah di Palu setelah leberan sebelumnya kami sekelurga merayakannya di ampana (Tempat kelahiran ibi saya). Ayah saya adalah putra asli daerah Bangkep sehingga arah orang bangkep pula telah mengalir di tubuh saya. Melestarikan budaya adalah salah satu kewajiban saya sebagai putri daerah. Walaupun bukan asli, saya bangga menjadi pau banggai . Perjalanan yang saya tempuh selama hampi 1 hari 2 malam memang sangat meletihkan, namun semua rasa itu seakan sirna saat menyaksikan eksotiknya pulau Banggai. Mari berkunjung di Daerha dimana aku dibesarkan, disini ada Cardina Fish, Burung maleo, Ubi banggai (red-singkong), Loka pau (red-pisang) Mutiara kerang, Tempat wisata alami dalam laut maupun alam yang sangat menarik dan masih banyak lagi. Cekidot.